Waiting For True Love (Part 1)


“eh…yud, tau ga??? “ sapaku, yuda yang sudah asik dengan bakso semangkok yang menggoda, tanganku pun iseng, menyambar minuman yang ada di samping mangkok basonya.
“apa sih ini orang datang-datang langsung ngembat minuman gue, tau apa sih?? Heboh banget…!!” jawab yuda dengan muka kesal dengan sahabatnya yang satu ini.
“ada cowo ganteng di kelas gue, gak  terlalu ganteng juga  sih, yang jelas ngeklik sama tipe gue, tau gak siapa namanya? Namanya tuh andre, dia semester 5 ternyata, baru ngambil mata kuliah Pemrograman visual sama kaya anak semester 3 kaya gue, tau gak orang yang gue maksud siapa?” pejelasan panjang lebarku, namun yuda seolah malah tidak peduli ia justru bermain dengan bakso-bakso dimangkok dihadapannya.
“Kamu dengerin aku gak  sih???” teriakku kesal. 

“Denger silvi, gue tau kok orangnya yang kaya gimana yang lue maksud, khan satu kostan sama gue, sering juga  berangkat bareng, yakin lue suka sama dia” jawabnya yang mengejutkanku.
“Asik bisa deket dong dengan doi” bisikku dalam hati yang kegirangan. 
Mie ayam dan es jeruk yang ku pesan sudah datang, tanpa aba-aba aku siap mensantap tanpa belas kasih, tiba-tiba ada sosok yang mengejutkan duduk disampingku. 
“Eh yud, jadi ga’? gue udah gak  ada jadwal lagi ni, lue ada jadwal lagi gak ?” Tanya andre, yang duduk disampingku, tanpa sadar membuat jantung mendetak lebih dari biasanya begitu cepat, gugup.
“Ehm…oke sekarang bisa di kamar lue aja ya? Kamar gue lagi berantakan, oia kenalin ini sahabat gue namanya silvi” jawab yuda, dengan tangannya yang mengarah kepadaku. 
“O! silvi tadi kita satu kelaskan?” sapanya ramah dengan tatapan yang bikin hati ini sejuk. 
“Iya” jawabku singkat, entah kenapa tiba-tiba lidahku kaku.
“Ayo andre, kita jalan, silvi kita duluannya".
***
Tiba-tiba ponselku bergetar, dan akupun sangat terkejut dengan nama yang ada di layar ponsel dengan nama Andre yang mengirim sms dengan isi,
Silvi lagi apa? Lagi sibuk ga? Udah makan belum?
“ehm bales apa ya??” gumamku sendiri di dalam kamar kost yang sepi ini.
Lagi santai aja nie dikamar kost, kebetulan sih belum, ada apa ya?
Sms balesanpun terkirim ke nomernya, sudah hampir sebulan ini semakin dekat, dekat dengan orang yang kita sukai itu rasanya, bonus yang special banget buat aku. Tiba-tiba sms balasan dari dia datang lagi.
Makan diangkringan yuks, yang ada di depan kampus, kalau mau aku tunggu di depan panger rumah kost kamu. Oke
Hati girang bukan main, akupun segera membalas dengan kata yang singkat namun mengandung makna yang banyak.
Oke
Malam yang indah, makan bersamanya dengan suasa hiruk pikuk kota depok yang ramai dengan mahasiswa-mahasiswi yang menjadi anak kost, namun tidak menyurutkanku untuk menyimak ceritanya dengan keramahan dan tawanya yang khas membuat rasa gugupku hilang dibawa hangatnya suasa candaannya. Mungkin malam ini akan tetap ku ingat selamanya, selama cintanya belum ada yang memiliki dan cintaku masih untuknya.  Rasanya malam ini tak ingin cepat berakhir, makan bersamanya, jalan-jalan dipingiran kota, sambil becanda penuh tawa, dan belanja keperluan di mini market. Namun semakin larut malam buatku tersadar sudah saatnya kami pulang, dan ia mengantarkan aku sampai depan pangar rumah kostku, senyum ramahnya dan menawan perlahan-lahan hilang seiring langkah kakinya.
***
Minggu pagi yang cerah, arahkan langkah kaki keluar kost dengan sepatu olahraga  yang sudah melekat di kakiku, jonging di minggu pagi itu jadi rutinatasku, sambil berjonging riang sambil menikmati music di mp3players ku. Kakiku mulai merasakan lelah setelah berjonging riang.  Sekilas ku lihat yuda sedang asik menikmati bubur ayam, ku segara menghampirinya, kebetulan banyak cerita yang ingin aku ceritakan kepadanya.
“yuda….olahraga  juga  lue, tumben, kayanya bubur enak tuh, bang pesen satu ya” sapaku dengan penuh basa-basi, sekalian memesan bubur ayam yang kebetulan perutku juga  mulai mendadakan lapar, ku duduk dibangku yang ada dihadapannya.
“iya khan gue pengen sehat juga” jawabnya singkat,
“mau sehat atau mau ilangin perut lue yang udah mulai buncit hahaha” candaku mencairkan suasana. Yuda hanya diam menatapku dengan wajah kesal,
“O iya…gue mau cerita nie, BTW si andre ko’ jadi makin deket sama gue ya?? Jangan-jangan dia juga  suka kali sama gue” dengan senyumku merekah, namun ku lihat yuda tidak simpatik dengan perkataanku tadi.
“Jangan ke GRan dulu deh, kali aja hanya simpatik temen biasa aja” jawabnya yuda tanpa ekspresi. 
“Kenapa gitu….boleh aja khan GR, toh itu wajar, gue khan hanya menebak kalau dia suka sama gue, kalau gak ya sudah, buktinya banyak udah sering dia minta makan malam bareng, terus dia sekarang lebih sering sms aku, berangkat kuliah juga  kadang-kadang bareng, sudah gitu dia ramah dan welcome sama gue, wajarkan kalau gue menafsirkan seperti itu, lue gak suka gue ngomong kaya gini” penjelasanku sedikit ketus kesal dengan perkataan yuda yang sebelumnya.
“ya itu terserah lue aja sih, gue hanya jadi pendengar setia lue aja, ya sedikit kasih masukkan aja, kalau tebakkan lue salah terus lue sudah terlanjur sayang sama dia khan bahaya, ya udah habiskan bubur ayam lue, kita pulang bareng” penjelasan yuda yang santai namun seolah tidak terlalu penting baginya, tapi itu sudah cukup membuat aku tidak salah memilih tempat untuk berbagi cerita, ku habiskan bubur ayam dihadapanku dengan nikmat.
Kami pun pulang bersama, entah kenapa sepanjang perjalan dia hanya diam tanpa ada obrolan yang mencairkan suasana, tanpa sadar kami sudah sampai di depan gerbang rumah kost, dari tadi tanganku di genggam olehnya sepanjang perjalanan, ketika aku tersadar, ku lepaskan tanganku dari genggamannya, iapun tersipu malu, dan segera beranjak pergi dari hadapanku seiring dengan langkahnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profesi Vs Pekerjaan

Menanti Pelangi

Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan