Waiting For True Love (Part 2)
Kantin
sudah ramai dipenuhi mahasiswa-mahasiswi yang ingin segera membebaskan rasa
lapar dari perutnya, aku masih berdiri dengan nampan yang berisi somay dan es
the manis yang siap aku santap, namun belum juga aku menemukan meja yang kosong, sekilas
kulihat dekat dengan Yuri ada meja kosong, segera ku bergegas menghampirinya.
“hai…boleh
ikutan gak?” sapaku.
“ya…silahkan,
kita juga lagi ngerumpi ngomongin kakak
senior yang pada mau tunangan dan yang akan menikah” jawab sella yang duduk di
hadapanku.
“oya
siapa saja? Kalian tau?” tanyaku dengan muka polos, sembari menyantap somay.
“yang
mau nikah itu si yoga, ranti, ratna, lina, hesti, ayu itu baru dari anak IT
belum dari jurusan and falkutas yang lain” jawab yuri dengan santai, aku hanya
mengangguk saja karna tidak terlalu penting bagiku. Tiba-tiba lisa melanjutkan
lagi keterangan dari sella.
“terus
ni ya….yang mau tunangan juga ada loh ! kaya
si roby, agung, naela, radit, and satu lagi si andre juga mau tunangan” kejelasannya
dengan mata melotot itulah cirri khasnya, mendengar kata andre, entah kenapa
hati seolah-olah sakit seperti tersayat dan mataku sudah mulai berkaca-kaca
menahan kepedihan di hati, sosok seseorang yang aku kagumi dan aku sayangi akan
bertunangan, aku segera tarik nafas dan menanamkan dalam otakku kalau itu hanya
sekedar gossip dan tak benar adanya. Akupun tetap mendengarkan mereka
berbicara, dan masih menikmati santapan somay yang sempat terasa pahit ketika
mendengar gossip itu.
***
“hai……yuda….sudah
lihat hasil nilai UAS belum?? Asik IPK gue naek 0.5 dong…jadi 3,5 asik…orang
tua gue pasti bangga.” Teriakku seraya menghampirinya yang sedang asik duduk di
halaman kampus menatap ponselnya. “bisa gak sih gak terik-teriak…berisik
tau….baru segitu aja bangga, IPK gue 3,8 masih kalah sama gue…lue tuh gak bakal
bisa ngalahin gue” dengan nada sombongnya sambil menepuk dadanya, kesal selalu
saja aku tidak bisa mengalahkannya dalam hal nilainya.
“hai….yuda…silvi….”
teriak andre sambil berlari.
“hai…”
jawabku dan yuda serentak bersama, dengan melambaikan tangan kanan.
“liburan
pada kemana?” Tanya andre yang duduk disampingku.
“pastinya
pulang kampung ke jogja, kangen sama keluarga
disana” jawab yuda.
“gue
juga, pulang ke kampungku di majenang, sudah 6 bulan tak menyapa adik-adik
disana, lue sendiri kemana?” pertanyaan balikku untuknya.
“aku
juga pulang kampung ke aceh, mau nitip
oleh-oleh apa? Padahal kalau kalian tidak pulang kampung gue mau ngajak kalian
ke kampungku di aceh, soalnya gue mau mengadakan acara tunangan dikampungku,
tapi sanyang kalian gak bisa, khan seneng banget kalau ada temen kampus yang
bisa mewakilin hari bahagia gue disaat gue memberikan cincin tunangan ke calon
istri gue, tapi ya sudahlah” jawaban andre yang mengejutkanku ternyata gossip
selama ini benar, sudah putuskan harapan dan sayang untuknya karna dia sudah
bukan untukku, ku masih menahan airmata yang akan menetes dengan candaan
gurauan yuda dan andre.
***
Yuda
masih mengandeng tanganku selama perjalanan, sampai tiba di depan gerbang rumah
kostku, “kita gobrol dulu di ruang tamu, mau gak?” tanyanya penuh dengan iba,
yang menatap mukaku yang menahan airmata, akupun hanya mengangung pelan yang
mengartikan “iya”.
“sekarang
maunya apa? Nangis dulu gih, biar lebih lega” seraya merangkul pundakku dengan
hangat.
“boleh
aku pinjam dada kamu gak?” tanyaku, ia pun mengangung lembut dan membiarkan
kepalaku bersandar didadanya, airmata yang ku tahan dari tadi akhirnya pecah
juga, yuda hanya bisa mengelus-elus kepalaku dengan kelembutannya.
“sudah
jangan diterusin lagi nangisnya, masih banyak yang harus kamu tanggisin, masih
banyak laki-laki yang peduli sama kamu, yang sama kaya kamu, toh…berarti dia
bukan jodoh kamu, kan dari awal aku sudah bilang jangan GR dulu, cewe itu
memang ngampang suka dengan hal yang tidak sukai menjadi suka hanya karna rasa
GR, dan itu yang terjadi sama kamu, sudah jangan tangisin dia yang sudah milik
orang lain.” Perkataan yuda yang lembut mengena di hati, aku sudah terlanjur
cinta dan sayang sama andre, kenapa dia bilang masih ada cowok yang ingin sama
aku dan sayang sama aku, buktinya tidak ada lelaki yang aku suka semua pergi
dengan yang lain. Aku pun angkat kepalaku dari sandaran didadanya.
“maksud
kamu apa? Aku nangisin dia yang sudah punya orang lain, sakit rasanya orang
yang aku sayang ternyata gak sayang sama aku, gak ada yang peduli sama aku, apa
lagi yang sayang sama aku, gak ada…!!” jawabku teriak dengan sewot aku
menjelaskan apa yang aku rasakan. Yuda
semakin panik dengan tangisanku yang semakin menjadi.
“Bukan
gitu silvi, setiap kamu suka sama lelaki itu karna rasa GR, kaya waktu SMA,
Fandi, ternyata dia suka sama teman sebangku kamu sedangkan kamu hanya menjadi
unpan informasi, terus waktu masuk semester 1, Rizki, ternyata apa dia gak
pernah suka sama kamu, dia hanya menggap kamu teman, tapi kamu sudah ke GRan,
sekarang Andre, semua udah jelas silvi.
Berhenti seperti itu, coba lihat cinta yang ada disekitar kamu yang
tulus sayang dan cinta sama kamu” pejelasan yuda dan tatapan matanya yang
menyakinkanku membuat hati ini sedikit tenang dan mengoreksi semua kesalahanku,
“memangnya
ada” tanyaku padanya.
“ada…dari
masuk SMA orang itu dah jujur dengan perasaannya, namun kamu bilang hanya
pantas jadi sahabat, dan sampai sekarang jadi sahabat kamu” diam hening, aku
mulai berfikir maksud dari perkataannya, airmata pun dimata sudah mengering,
namun hati ini masih bertanya-tanya siapa yang ia maksud. Tiba-tiba yuda mengagetkanku dia beranjak
dari kursi ruang tamu.
“aku
pulang dulu ya, sudah istirahat” yuda berlangkah menuju pintu keluar, tiba-tiba
aku ingat saat yuda mengatakan cintanya padaku saat duduk di bangku SMA.
“yuda
tunggu….!!!” Teriak ku kearahnya, yang masih memakai sepatu.
“ya
apa lagi, udah legaan khan?” jawabnya singkat.
“kamu
masih suka sama aku, masih cinta sama aku kaya dulu, benar itu yud?? Jawab
yud??”, tanyaku sedikit memaksa, namun yuda tetap diam, lalu ia menjawab
“udahlah gak usah dibahas, toh kamu gak suka sama aku” jawabnya sambil
menunduk.
“seriusan
iya atau gak” tanyaku penuh kenyakinan.
“iya….maka
dari itu selalu nemenin kamu kemana aja, dan kapan saja, dan gak mau lihat kamu
nangis, tapi ya sudahlah” iapun segera beranjak pergi, tapi aku senang dengan
jawaban itu, dengan cepat ku gapai tangannya lalu ku tarik, agar ia menduduk,
dan ku kecup pipinya.
Ia
terdiam dan bingung, akupun hanya tersenyum.
“ternyata
cintaku selama ini, itu kamu” bisik dalam hati.
***
Dalam
kamar kost yang sepi sunyi, hanya suara mp3 ponselku yang sedari tadi tidak
bisa diam, aku termenung dan membanyangkan kejadian tadi siang, sungguh mengejutkan
cinta yang selama ini aku cari dan aku inginkan itu ada pada sahabatku sendiri,
cinta pertamaku bisa dibilang seperti itu, lelaki yang pertama kali menyatakan
cinta padaku ternyata cintanya masih tersimpan untukku. Entahlah rencananya lusa nanti aku akan
pulang kampung bersama, karna kampung kami sama di daerah jawa jadi kami
menaiki bus yang sama, bagaimana sikap dia nanti, biasanya yuda selalu mengalah
untuk 2 kali naik bus, hanya karna ingin menemani dan menjaga selama didalam
perjalan, aku tersenyum sendiri, jadi itulah bukti dia, membuktikan cintanya
padaku walaupun sudah kurang lebih 5 tahun bersamanya.
Ponselku
bergetar dan nada bunyi panggilan berdering kenjang, kulihat di layar monitor
itu nama andre, sedikit kanget dan kesal bercampur, namun ku terima
panggilannya mungkin andre sedang ada perlu.
“assalamu’alaykum”
“wa’alaykumsalam”
“silvi,
gue punya berita bangus buat lue ni, gue nemuin buku diary yuda di kamarnya,
and pas gue baca banyak banget puisi pake nama lue, terus foto-foto lue juga,
lumayan ni buat lue, biar tahu perasaan dia ke lue itu kaya apa, gimana mau
gak, kalau mau sekarang gw tunggu lue di depan gerbang kost lue?”
“oke deh…..gue mau, penasaran gue, gue
tunggu ya”
“see
you”
………..
Aku
bergegas beranjak dari kasur, dan keluar dari kamar kostku, ketika sudah di
gerbang depan, kulihat andre dengan pakaian santainya sudah menunggu di
depan. Ku hampiri dia yang sedang asil
memainkan ponselnya.
“hai
mana bukunya” tanyaku dengan riang, menghilangkan luka yang tadi siang.
“ini
dia, gue harap lue terima dia sebagai cinta lue ya….??? Kayanya di sayang
banget sama lw” katanya seolah memohon kepadaku.
“tenang
aja, gue gak akan nyakitin dia lagi…..janji” senyuku merekah.
“kapan
kalian berangkat?”
“lusa
kami akan berangkat, kalau kamu besok ya?”
“iya…oke
deh kalau gitu, gue mesti packing-packing barang yang mau dibawa besok, bye”
jawabnya seraya beranjak pergi dihadapanku.
Akupun
kembali kedalam kamar, dan kasur biasa yang sudah menjadi saksi suka duka gue
selama merantau di depok ini. Ku buka
perlahan-lahan dan ku baca semua isinya dan curahan hatinya, semakin ku pahami.
“inilah
cinta yang kutunggu, yang sangat tulus dan terima apa adanya diriku” gumamku
sendiri setelah kuhatamkan semua isi buku ini.
***
Dinginnya
malam menyeliputi desa, aku mengajak yuda duduk disaung pematang sawah yang
persis disebelah rumahku. Ini pertama
kalinya aku ajak dia untuk singgah sebentar di kampung halamanku dan bertemu
kedua orang tuaku. Orang tuaku senang yang kedatanganku membawa lelaki yang
mereka fikir itu ada kekasihnya, sebenarnya calon kekasih. Suara jangkrik dan nyayian suara khas kodok
sangat nyaring, menemani suasana hati kami berdua.
“kenapa
siang waktu itu kamu diam aja, salah ya….?? Kalau aku kecup pipi kamu?”
mencairkan suasana hanya hening dari suara manusia.
“gak
salah juga, tapi aku gugup, jujur deh” mukanya mulai memerah.
“ini
buku kamu bukan, thank’s ya….sudah mau menunggu aku” ku keluarkan buku agenda
dengan warna dongker kotak. Muka yuda
semakin kanget dengan kehadiran buku itu ditanganku.
“jadi
kamu sudah tau semua, ma’af, tapi jadinya gimana” gugup dan salah tingkah yuda.
“yupz….aku
sudah baca semuanya, dan sekarang aku mengerti” senyumku merekah.
“jadi
kamu mau jadi pacar aku atau gak” Tanya yuda dengan terbata-bata, saking
gugupnya.
“gak
mau ah…” jawabku santai, sambil tersipu.
“yah….oke
deh kalau begitu” muka yuda semakin melas, mendengar jawabku.
“eh…dengerin
dulu, aku gak mau kamu jadi pacar aku, aku mau kamu jadi suami aku,
begitu…makanya kalau orang ngomong dengerin dulu, kamu siap gak” jelasku,
membuat yuda senyum merekah di bibirnya.
“siap
siapa takut, ini yang aku tunggu, tapi nikahnya setelah lulus kuliah, sekarang
aku cuma bisa ikat kamu pake cincin tunangan aja, gimana?”
“oke, itu yang aku mau”
Kamipun
saling menatap penuh cinta, yuda pun mengecup kening dengan tulus, aku dan dia
bak manusia yang baru merasakan indahnya cinta, cinta selama ini kami berdua
saling menunggu.
-end-
Komentar
Posting Komentar