Akhir dari Backstreet


Sudah 4 bulan putri jalani hubungan dengan sosok pria yang putri kagumi, dan ia sukai bernama arief, namun hubungan putri ini backstreet dari sahabatnya arief yang bernama januar, karna kedua sahabat ini sama-sama menyukai putri walaupun mereka tidak saling mengetahui kalau mereka berdua menyukai wanita yang sama, namun karna arief lebih dulu menyatakan cintanya, maka putri menerima cinta arief, yang sejak awal masuk kuliah disemester 3, ia mulai menyukai arief.  Namun kesepakatan mereka berdua untuk tidak memberi tahu januar tentang hubungan mereka, mereka selalu saja berpura-pura seperti layaknya teman, namun beda halnya mala dan silvia, sahabat dekat putri yang sudah mengetahui hubungan putri dan arief, dan mereka berdua juga berperan dalam menyembunyikan tentang ini kepada januar yang juga dekat dengan mala dan silvia. Putri semakin risih dan tidak nyaman dengan kepura-puraan dia selama ini didepan januar, yang selama ini sangat baik, dan juga perhatian kepada putri. 
Suasana kantin kampus sudah makin ramai karna jam makan siang sudah datang, mala, putri dan juga silvia sudah berkumpul dimeja kantin dan siap menyantap pesanan mereka untuk hidangan makan siang kali ini.
“beneran deh…gak enak tau kalau kelamaan gue bohongin si januar kaya gini, kasian kalau dia masih berharap sama gue, sedangkan gue dah berlebel sama si arief, januar tuh…udah baik banget sama gue, dan dia juga perhatian banget sama gue” kata putri membuka percakapan, seraya menguyah mie ayam dihadapannya. 

“ya…kalau menurut gue sih, lue jujur aja deh, dari pada terlalu lama kaya gini, kasian juga, tapi lue yakin khan kalau lue ma januar hanya nyaman sebatas teman, gak lebih?” komentar mala, yang mengagetkan putri.
“menurut lue, gue sayang ma januar, ya…gak lah…mau dikemanain laki kesayangan gue, beneran deh…gue anggab dia sebagai teman, bisa dibilang kaya abang sendiri aja” jawab putri dengan muka yang sangat tegas.
“oke kalau begitu, lue tinggal omongin gimana baiknya, untuk jujur sama januar, masalahnya yang buat scenario kebohongan khan gue, coz gue yang di introgasi kemaren ma si januar pas dia tau lue punya cwo, untung gue gak keceplosan kalau si arief cowo lue, pasti kalau udah ketauan gue yang paling kena marah ma dia, huft” keluh silvia, sambil mengaduk-aduk es campur dihadapannya.
“ya itu sih…derita lue” sahut mala dengan tertawa riang, dan di ikuti tawa putri, silvia hanya cemberut di tertawakan oleh dua sahabatnya.
***
“ai yuk…pulang udah sore ni…jadi gak kita ke toko buku, katanya kamu mau ada yang dibeli” ajakan arief kepada putri yang masih merapihkan peralatan laptopnya, yang dari tadi asik menggunakan hotspot kampus.
“jadi dong…ai…ada novel yang lagi aku incar” sahut putri segera meranjak dari bangku taman, dan segera mengandeng tangan arief dengan mesra, arief membalas dengan senyum penuh ketulusan, dan mereka segera beranjak pergi menuju parkiran motor kampus.  Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dengan penuh kecemburuan.
 ***
“via…tunggu sebentar” teriak januar dari kejauhan, memanggil silvia yang tak jauh dari hadapannya, silvia segera memberhentikan langkahnya dan membalik badannya menunggu januar yang berjalan menghampirinya.
“gue mau nanya sesuatu sama lue, tapi lue harus jujur” dengan napas teregah-egah. silvia tengang dengan perkataan januar, silvia takut jika ia menanyakan tentang hubungan putri. Entah tiba-tiba Silvia terasa sedang di introgasi.
“lue pasti tau, si arief sebenernya cowonya si putri khan via? Bener khan?” tersentak kanget dengan pertanyaan januar, “kenapa dia tau” bisik silvia dalam hati, tanpa pikir panjang ia mencari alasan untuk menghindar, silvia segera berpura-pura menerima telephone, padahal tidak ada panggilan dari ponselnya.
“bentar ya…ada telephone” silvia segera menjaga jarak, dan pura-pura menerima telephone.
“iya…bentar lagi ko’ aku lagi di depan kelas nie, bentar lagi sampai parkiran kok tunggu aja” silvia segera nenghentikan pembicaraan di ponselnya, dan menghampiri januar yang sedang memasang muka kesal.
“januar, sorry gak bisa ngobrol sekarang, gue dah di tunggu yuda diparkiran, besok aja ya? Dah bye.!” Silvia segera beranjak dari hadannya januar, januar masih mematung dengan muka kesal karna tidak dapat kebenarannya.
*** 
BERSAMBUNG

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profesi Vs Pekerjaan

Dari pada salting mending kita ekting

Menanti Pelangi