Tetes keringan tak berharga
Kerja keras menjadi rutinitas bahkan
kewajiban manusia untuk menggapai kesuksesan, namun apalah arti kerja keras
jika tak ada harga yang menghargai hasilnya.
Nusantara dengan nama negara Indonesia, negara yang amat kaya namun
miris, masih banyak keringat yang tak berharga tak juga dihargai, keringat yang
sudah semakin kering namun tak juga hasil yang memuaskan didapat, jangankan
kesuksesan dan kekayaan, makan untuk sesuap nasipun mereka tak tau apa rasanya
nikmatnya, hanya bisa mengenjangkan ikat pinggang.
Sedangkan para pejabat bisa merasakan
makan danging termahal dan merasakan danging ayam yang selama ini mereka hanya
bisa melihatnya dari pinggir restaurant.
Menaiki kendaraan mewah sedangkan mereka hanya bisa berjalan, syukur jika masih terlindungi olah alas kaki. Istri-Istrinya bisa merasakan baju mewah dan perhiasan mereka, bahkan bisa merasakan fasilitas salon termahal, sedang istri-istri mereka hanya bisa menahan keingin, mempunya daster lusung bagi mereka itu sudah cukup. Anak-anak mereka bisa merasakan sekolah terbaik, dengan fasilitas mobil mewah nan ternama, sedangkan anak-anak mereka hanya bisa melihat seragam sekolah itu sudah luar biasa, baginya tak buta huruf itu sudah cukup bagi mereka, agar mereka tak tertindas selamanya.
Menaiki kendaraan mewah sedangkan mereka hanya bisa berjalan, syukur jika masih terlindungi olah alas kaki. Istri-Istrinya bisa merasakan baju mewah dan perhiasan mereka, bahkan bisa merasakan fasilitas salon termahal, sedang istri-istri mereka hanya bisa menahan keingin, mempunya daster lusung bagi mereka itu sudah cukup. Anak-anak mereka bisa merasakan sekolah terbaik, dengan fasilitas mobil mewah nan ternama, sedangkan anak-anak mereka hanya bisa melihat seragam sekolah itu sudah luar biasa, baginya tak buta huruf itu sudah cukup bagi mereka, agar mereka tak tertindas selamanya.
Nusantara sebuah daerah yang terbashur didunia dengan kekayaan yang melimpah, namun masih banyak pejabat yang buta harta tak puas dengan jabatan, karyawam dan buruh yang seperti relawan dengan gaji minim tak seharga dengan keringatnya, pengemis semakin termiris dengan keadaan yang menunggu janji bak fatamosgana di gurun pasir.
Komentar
Posting Komentar